Sunday, May 1, 2016

Greeting!

Hai. It's been 3 years since my last post. Ada beberapa tulisan dan cerita sebenarnya yang ingin gue ungkap, tapi hari ini terkesan basi. Arus mobilisasi sekarang tidak hanya di pola dan paradigma berpikir saja, termasuk keingintahuan orang dari melihat blog orang yang menurut mereka tidak lagi relevan sama perkembangan jaman, Termasuk gue sendiri. Masyarakat hari ini instan banget, Twitter dengan 140 characternya, bahkan instagram yang sudah bisa upload video up to 60 seconds. Sebuah pembaharuan yang simple, tidak ribet dan bertele-tele.

Tulisan ini tak ubahnya seperti Welcoming Words dari gue, karena praktis ga ada konten yang gue isi selama 3 tahun belakangan. Mungkin next gue coba rangkai lagi tulisan berdasarkan uneg-uneg dan thoughts gue. Itupun kalau sempat.

See Ya!

Sunday, October 6, 2013

Maafkan kami kawan, Kami Juara

Tulisan ini dipublikasikan JakOnline dengan penulis yang sama.

“Maafkan kami kawan, Kami Juara!!”. Beberapa suku kata tersebut memenuhi timelineku sekejab. Aku tidak ragu, aku memang tahu apa arti beberapa penggal kata yang diteriakan dari sebuah rasa kepuasan dan semangat. Ya, Teman suporter lain merasakan mahkota juara itu sekali lagi. Tim yang konsisten di papan atas itu merengkuh piala itu sekali lagi. Kejayaan yang diangkat dari kerja keras, semangat dan konsistensi itu sendiri.

Seperti apa yang orang dulu selalu bilang, apa yang kita tanam itulah yang kita tuai. Baik yang kita tabur, baik pula yang akan kita panen. Begitu pun sebaliknya. Tim yang tidak juara belum tentu kurang baik, walau harus di pungkiri memang secara situasional menjadi kalah baik dari tim yang juara pastinya. Terlepas dari sejarah dan nama besar, bagiku konsistensi tiap musim akan menjadi salah satu penilaian yang sahih untuk sebuah tim dikatakan “jago” atau tidak.

Tim yang aku bela itu tim yang besar. Tim yang mampu memecut semangat tim lain untuk mengalahkannya tiap kali bersua 2×45 menit. Walaupun tak dipungkiri, lama tim ini tidak berteriak juara, namun aku tetap dan akan selalu bangga padanya. Rasa bangga yang mungkin tidak dimiliki oleh semua orang. Mendukung tim kebanggaan adalah suatu kepuasan, rasa senang tiap kali datang ke stadion menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang. Bahkan mereka rela menunggu berbulan dan bertahun demi sembilan puluh menit di lapangan dengan alas rumput. Namun, tidak dipungkiri ada kata yang sangat munafik bila tidak diinginkan tiap orang yang mendukung sebuah tim, iya Juara. Tiap supporter ingin melihat tim yang dia banggakan juara. Walaupun mendukung itu tanpa pamrih, semua rasanya akan terbayar saat tulisan “Champions” atau yel-yel juara diperdengarkan di kandang sendiri.

Menjadi juara itu memang tidak mudah, namun bukan mustahil untuk diwujudkan. Aku yakin, tim ini akan kembali juara. Tim juara adalah tim yang memposisikan sebagai raja dari kompetisi itu sendiri. Dan untuk menjadikannya raja, akan selalu ada usaha dan kerja keras. Hari esok tidak akan datang indah apabila kita tidak berusaha mewarnainya. Mewarnai sesuai dengan kemampuan dan kapabilitas kita sebagai pendukung serta peran semua elemen agar tim ini kembali mewarnai kotanya. Ya, Warna aku, kamu, kita dan Persija.(@Rafiest/JO)

If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. #Harapan2014 #BangkitPersija

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Tulisan ini di publikasikan oleh @SuaraSupporter dengan penulis yang sama.

“Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, Orang bilang tanah kita tanah surga…”

Petang ini pukul delapan belas lewat dua belas menit sebelum azan maghrib berkumandang di kota ini, saat perangkat radio tua milik ayahku melantunkan lirik yang mungkin tak asing dari pendengaran. Iya, lirik itu janggal. Secarik kertas yang berjudul “Pengantar Ilmu Pertanian” yang lama ku letakkan di tumpukkan itu kuraih dengan rasa penasaran tinggi hingga kusimpulkan “Lirik tadi Ngaco.” Kenapa? Ya, disana tertulis ±70% tanah di Indonesia tidak subur. Apa masalahnya? Tanah Ultisol Indonesia memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 dan Senyawa-senyawa Al monomerik dan Al –hidroksi merupakan sumber utama kemasaman dapat tukar dan kemasaman tertitrasi pada Ultisol. Tapi, dengan semua hal tersebut. Tanaman tetap dapat tumbuh baik di Indonesia, kenapa? Akar-akar tanaman menyesuaikan diri dengan kondisi biotik dan abiotik di Indonesia, khususnya tanah sebagai media tanamnya. Mereka tetap tumbuh baik dengan keadaan Alumunium yang toksik untuk mereka dan secara sukarela menjadi produsen utama dalam trofik rantai makanan, bahkan dengan bonus oksigen yang mereka beri.


Ini bukan artikel tentang Sustainable Agriculture, tapi ini tentang kaitan dengan sepakbola. Kalau kita analogikan Sepakbola sebagai Tanaman dan Atmosfir sepakbola kita dengan Tanah yang tidak subur tadi menjadi suatu korelasi yang agak dipaksakan, mungkin akan terlihat sedikit kaitannya. Ya, iklim sepakbola kita kini mungkin kurang bersahabat, baik bagi pemain, klub dan juga supporternya. Semua ini berimbas kepada timnas yang kendor dibuatnya menurut hemat saya. Tetapi ada filosofi yang diterapkan tanaman yang mungkin menjadi motivasi bagi tiap pemain, apalagi saat berseragam timnas. Mereka tetap tumbuh dengan kondisi iklim buruk sekalipun, berusaha menghasilkan hasil terbaik dan tetap rela menyediakan produk yang dengan asyik dapat kita kunyah.


Kita memang belum mempunyai pengelolaan yang baik dalam sepakbola, kita mungkin tidak memiliki training ground kelas dunia yang mampu meningkatkan endurance pemain. Tapi kita akan selalu punya semangat dan motivasi juara seperti saat biji menembus kerasnya seed coat sampai akhirnya menjadi tanaman yang tak hanya memberi hasil, namun melindungi dari panas dan menyediakan oksigen secara cuma-cuma kepada kita semua. Semangat yang lebih keras dari kapalan anak-anak yang bermain telanjang kaki dengan bola plastik dengan sendal sebagai tiangnya.


Teruntuk mereka yang bermain dengan logo garuda di dada kiri. Saya bukanlah pemain sepakbola. bahkan bermain dengan bola berukuran 4 selama 15 menit menguras fisik saya untuk seminggu. Sangat muluk apabila saya meminta kalian mampu menahan imbang chekoslovakia ataupun mengalahkan uruguay sekali lagi. Saya hanya berharap, di kaki kalianlah sepakbola Indonesia akan mulai meninggalkan keterpurukannya. Saya tidak berharap kalian bisa memenangkan tiap laga yang menguras fisik dan juga emosi kalian. Walaupun munafik saya dan jutaan orang apabila tidak menginginkan kemenangan dan gelar juara tentunya, hehehe…


Teruntuk mereka pemakai seragam kebanggaan dengan kelir hijau kecil di lengannya. Berjuanglah dengan sepenuh hati dan semangat, lupakan segala hal yang mungkin mengendurkan keinginan untuk memenangkan tiap laga. Karena tanah ultisol adalah tanah yang sesungguhnya sangat potensial apabila dikelola secara benar, dan tanah itu hanya berjarak setebal alas kaki kita saat berdiri. Dan kita tidak kalah potensial, kita akan mampu mengejutkan dunia dengan sepakbola kita. Layaknya kita mampu mengejutkan dunia dengan mampu swasembada beras setelah menjadi salahsatu negara importir padi terbesar di dunia. Ya, dari tanah ultisol itu kita belajar, dan dari tanah ultisol itu kita merakit mimpi. Sampaikan salam bangga anak-anak yang bermain bola sebelum maghrib itu ke dunia, karena kami yakin kalian akan selalu bisa. Karena kebanggaan kami pada kalian adalah salah satu dari ribuan alasan kami untuk terus mencintai negeri ini.


Selesai.


http://suarasupporter.com/tongkat-kayu-dan-batu-jadi-tanaman/

Saturday, September 7, 2013

Apa?

Pecah, berbuih tanpa sisa.
Berjalan dengan sepatu putih di jalan penuh lumpur.
Ah,
Menjilat dunia dengan nikmatnya.
Memandang feses sendiri tak mau.
Berjalan mengejar ufuk barat dengan kelir oranye.
Menenangkan.

Berjam semakna detik.
Seruput kopi dengan tembakau disinya,
Siapa dia?
Kenapa bercat putih saat otak berjalan.
Kakinya meninggalkan jauh.
Layar sentuh bak terlekat nyaman di jemarinya,


Bau busuk menyengat,
Mobil ber-Pengkondisian Udara menusuk.
Lega,
seperti dinding yang baru saja dibuat.

Mereka Lagi.

Sincerely Yours.

Sunday, April 28, 2013

Sayangku.. (Persija)



"Tulisan ini disadur dari situs Jakonline atas nama penulis yang sama"

JakOnline-Sayangku, hari ini aku tertunduk. Kesedihan memenuhi sisi dalam wajahku. Aku seperti ditampar, tamparan yang hampir membuatku meledakkan seisi emosi didalam hati.


Sayangku, aku takut. Aku sedih. Aku tak rela melihatmu menjadi cercaan dan hinaan dari lawanmu, bahkan pemuja setiamu sendiri. Sayangku, aku takut.


Aku takut selama ini impian dan harapanku hanya fatamorgana di siang hari. Aku tak rela, keindahan itu sirna oleh batasan yang ada. Aku sedih melihat kamu, yang terpaksa mencampurkan peluh dengan air mata. Aku tak rela.


Aku memang anak baru, aku pun tak ingat siapa nama dipunggungmu ketika terakhir kali kita berteriak juara. Aku juga bukan orang yang selalu hadir ketika kau berlaga yang memanaskan fisik dan mentalmu. Aku minta maaf..


Aku tau, masalah akan berakhir seiring berjalannya mentari ke titik merah diufuk barat. Dan aku yakin, semua masalah itu akan tenggelam dan berganti dengan bintang yang menyinari keredupan malam kita. Iya, kamu dan aku.


Memang, kukumu kini tak tajam. Taringmu tak mencabik. Aumanmu tertutup cemoohan. Tapi yakinlah, kuku tajammu akan kembali, taring itu akan tumbuh lagi. Dan aumanmu, akan menyilaukan seisi hati. Aku percaya kamu, ayo bangkit. Persijaku. (@Rafiest/JO)


“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow”. #BangkitPersija

Thursday, April 11, 2013

Untitled

20:35 WIB, Padang

Aku baru. Iya, saat ini duniaku tak sama seperti dulu. Duniaku berubah sejauh langkahku meninggalkan zona nyamanku. Aku kini terkurung. Terkurung dibilik yang hampa, hampa semangat dan hampa akan harapan. Dari dalam bilik itu kini kucanangkan asa, sejauh langit yang tak berbatas. Namun dalam sedalam lubang kegagalan.

Aku bingung, aku hampir tak sadar aku dimana. Mencela kepada tanah, mereka terlalu suci. Menyalahkan angin, mereka tak bersalah. Aku dimana?

Tuhan, di balik bilik ini aku kadang lupakan keberadaanMu. Aku tak acuhkan dirimu atas nikmat yang kau beri tanpa pamrih. Aku terlalu hina atas penghargaanMu, dan terlalu lemah akan amarahMu. Ampuni diri ini,  Tuhan...


Sincerely

Rafi :)

Saturday, February 4, 2012

Belajar menulis sesi 2

Selamat datang di blog yang kusam ini teman-teman hehehe, Semangat Pagi!!!

beberapa hari ini galau nampaknya sering menghampiri dan mengusik stabilitas saya sebagai full-timed dreamer hahaha.. Bayangin aja, saat TO sekalipun masih sempet loh bikin puisi. Ga bagus sih, cuma yaa lumayan menggambarkan isi hati...


"Kini relung hati berbelai rintih
manja diri merongrong sukma
Aku Kalah....
Seperti inikah Jadinya??

Langkah merajut bagai melawan diri tak bertuan,
Berat, laksana beban hati nan tak terpinggirkan.

Tolehan tajamku akan dirimu.
Canda menghambur keluar, berderai sedebur ombak.
Elok semangatmu indah bak goresan jingga petang hari

Malu, termenung dalam peluh tak berakhir.
kalahkah Aku?
Akankah selalu seperti ini pada akhirnya?"


bukan belajar jadi pujangga, tapi puisi memang selalu mampu membuat nyaman bagi penikmatnya. enJOy :)



Sincerely, 


Your Full-timed Dreamer


Sunday, December 4, 2011

2 sisi mata uang

9:00 Ahad pagi di ibukota.

Kembali saya tertegun melihat apa yang terjadi di hari ini. Mulai bencana alam, krisis moral, nilai-nilai pelajaran sendiri yang mulai turun, dan kondisi bola sepak negeri ini yang tak kunjung membaik. Hari ini saya ingin kembali menyantap menu sepakbola yang selalu berubah-ubah rasa disetiap harinya..

Pergantian kepengurusan yang diharapkan bisa menjadi batu acuan perubahan ternyata tidak sesuai harapan saya. Nyatanya, efek revolusi yang digembar-gemborkan ternyata berefek sangat besar dan mulai tidak masuk akal logis saya sebagai anak berseragam abu-abu. 


"Sepakbola adalah refleksi sebuah bangsa"

Franz Beckenbauer

Dimulai dengan keputusan-keputusan kontroversial selama kepemimpinan Presiden Federasi sepakbola yang lebih lucu ketimbang acara lawak "pukul-pukulan gabus", prestasi tim nasional yang tak juga membaik, sampai kembali terjadinya dualisme Liga yang merupakan jantung dan elemen terpenting dari sepakbola itu sendiri.

Sebagai suporter Persija Jakarta yang juga merupakan korban dari "keganasan" pengurus PSSI, saya tentu marah, kesal, dan berbagai reaksi negatif lainnya. Namun, saya kini bisa bersifat lega saat #RealPersija memutuskan bertanding di Liga Indonesia yang merupakan amanah tim-tim besar negeri ini kepada bpk. Joko Driyono. PSSI pun tidak tinggal diam, gertakan bahkan ancaman dihaturkan untuk semua komponen liga tersebut.

Namun, Disinilah hal yang mengusik diri saya dimulai, Sedih sepakbola ini mulai di privatisasi orang-orang besar berduit dan mengabaikan kepentingan sepakbola itu sendiri, yaitu olahraga dan hiburan rakyat. Sebagai pencinta klub ibukota saya mendukung penuh tim saya tersebut berlaga di ISL. Tapi, bukankah hal tersebut tetap saja salah? Walaupun Liga bentukan PSSI pun juga banyak melakukan pelanggaran. Tapi, Saya dengan tegas menyatakan bahwa saya BUKAN pencinta keputusan-keputusan kontroversial PSSI yang telah merusak sepakbola Indonesia apalagi Antek-antek Medco, "Cih!" . Namun, saya mencintai cita-cita luhur dan semangat bapak Soeratin membentuk organisasi ini, yaitu membentuk Sepakbola Indonesia yang lebih teratur, lebih semarak dan menjadi kebanggaan orang Indonesia. Bukankah kita dilahirkan dengan hati nurani yang akan memberontak saat terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran? Apakah kita tega melihat cita-cita luhur PSM Yogyakarta (PSIM Yogyakarta), VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta), BIVB Bandung (Persib Bandung), IVBM Magelang (PPSM Magelang), MVB Madiun (PSM Madiun), SIVB Surabaya (Persebaya Surabaya) dan VVB Solo (Persis Solo) yang telah bersusah payah mendirikan organisasi ini disaat negeri ini bahkan belum mendapatkan kemerdekaan?

Kita mungkin berasal dari beberapa elemen yang berbeda. dari liga yang berbeda, klub kebanggaan yang berbeda tetapi bukankah negeri ini tetap bermotto kan Unity in Diversity? bukankah kita berasal dari negeri yang satu? 

Kita seharusnya mampu memposisikan diri kita seperti uang koin direpublik ini. Dimana uang yang selalu berbeda motif dan bentuk pada setiap nominalnya, tetapi tetap membawa logo Garuda disisi yang lain. Mungkin kita harus berperan demi klub yang kita cintai, namun kita juga berkewajiban membawa negeri ini kembali merajai sepakbola. 

"Jangan tanya apa yang bisa negara berikan kepada kita, tapi apa yang bisa kita berikan untuk negara"


John F Kennedy

Tinggalkan nama besar dan gengsi, lepaskan segala warna dan atribut. Duduk merenung bersama demi apa yang kita perjuangkan, karena yang muda yang didengar. Demi sepakbola Indonesia yang lebih baik...


Rafi Fauzan 


Sunday, November 27, 2011

Renungan Secangkir Kopi untuk Sang Merah Putih

"Kakak tega ninggalin mereka berjuang sendiri? Diantara Mereka ada pemain persija yang kita bela mati-matian loh kak! Gue kasian kak, kita memang ada buat persija, tapi kalau indonesia berjaya, kita juga pasti yang paling bangga!!"

itu adalah DM Twitter yang kuterima di pagi buta. Aku memilih mengacuhkannya dan memasukkan handphone yang katanya smartphone itu ke dalam saku dan siap berangkat kerja. Baru saja tiba di kantor hanphone dalam sakuku kembali bergetar, kali ini bbm yang kuterima dari pengirim DM di twitterku tadi.

"Sumpah gue gak tega ngeliat pemain yang selama ini gue bela, pemain yang yang jelas-jelas berjuang untuk tanah air gue , lari-larian, keringetan, berjibaku dengan pemain lawan dan gue cuma duduk di depan TV tanpa melakukan apapun!!!"

Seketika aku merinding... tapi aku segera tersadar dan bergegas memasuki ruanganku. "Ah lebay!!!" makiku dalam hati. tapi entah mengapa rasanya jadi tak sama lagi. Aku gelisah. Ada sesuatu yang berontak dalam diriku. "Ah rese.. anak SMA itu mengusik pagiku!!!" aku melirik handphone putih yang tergeletak di atas mejaku.  tiba-tiba saja HP ku kembali bergetar. Aku pun meraihnya. Sebuah bbm lagi.

"Mana ada seorang yang mengaku dirinya supporter mogok nonton Timnas Negaranya. Kekosongan GBK membuktikan supporter sejati di Indonesia itu memang belum ada kak.. Dan Suporter ibukota hanya segini saja.. ditimpa masalah sedikit langsung berhenti membuktikan bahwa dirinya suporter bukan penonton"

Emosi, aku pun membalas bbm nya.. "Maumu apa sih??"

"kita kenal bukan baru kemarin kak, aku tau siapa kakak dan kakak tau siapa aku.. kita sama-sama pecinta sepakbola tanah air, kita orang yang mengaku cinta sepakbola tanah air, supporter sepakbola Indonesia dan kakak adalah salah satu pengurus organisasi suporter  terbesar di Indonesia, ber homebase di Jakarta dan ada pemain timnas berlaga di depan mata.. Salahkah jika aku menuntut kakak untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang suporter??"

Aku pun menggebrak meja di hadapanku.. bukan marah sungguh aku tidak marah. Tapi apa yang diucapkannnya benar. Dia memang hanya seorang anak berbaju putih abu-abu. yang berteriak kegirangan kala di perbolehkan memegang redflare.. yang sering sedih dan kecewa ketika klub kebanggan kami yang berwarna oranye itu menderita kekalahan. Tapi sekalipun dia tak pernah absen menonton tim kami itu berlaga. Ia pun total kala mendukung timnas negaranya dengan lambang garuda di dada.. Lalu akuuu????

Aku pun bangkit, meraih cangkir dan membuat kopi.. tak jelas isi kepalaku saat ini.. mumet, kesel, sedih..ahh..

Perlahan ku aduk kopi dalam cangkirku, lalu kembali duduk di kursiku yang nyaman.. menghela nafas berat dan kembali merenung.. putaran dalam gelas kopi itu membuatku seperti masuk keputaran masa lalu.. masa dimana aku memutuskan bahwa aku memilih menjadi seorang supporter bukan sekedar penonton. Bahkan aku membiarkan diriku terlibat di dalam kepengurusan suporter itu.. tak peduli bunda tercinta memandang sebal tiap kali aku pulang malam karena mengurusi "bola" begitulah bundaku menyebutnya..

"aahh.." tanpa sadar aku kembali menghela nafas.. kusesapi kopi dalam cangkir putih itu perlahan..

"Maaf kak.. aku hari ini harus mendukung timnasku.. terserah keputusan kakak apa.. gak masalah kok.. kita tetep teman.. kita tetep sahabat sesama oranye,, aku cukup tau siapa kakak dan kakak silahkan menilai bagaimana aku.."  Getaran Hp ku menjadi jelas ketika kubaca isinya.. dan aku kembali menghela nafas untuk yang kesekian kali..

"Jangan dengar siapa yang bicara tapi dengar apa isi pembicaraannya.. itu kalau kamu mau maju dan berkembang!!" Dari ruangan atasanku kudengar suaranya yang menggelegar menegur rekan kerjaku dan aku pun ikut tersentak...

Aku pun sontak menenggak habis kopi dihadapanku.. tak peduli asapnya masih mengepul.. kalimat atasanku tadi bergaung di ruang kepalaku.. "Jangan dengar siapa yang bicara tapi dengar apa isi pembicaraannya.. itu kalau kamu mau maju dan berkembang!!"...   kalimat itu terus menggema dan menggema.. apakah karena dia hanya seorang anak yang usianya dibawahku aku harus menyebutnya tak pantas di dengar???

Dan aku pun segera meraih handphone putih itu didepanku. kuketikkan sebaris kalimat dan kukirimkan pada orang yang sedari pagi mengganggu mood ku di pagi ini...

"Terima kasih atas segala perhatiannya. Terima kasih sudah diingatkan.. Dan aku tau apa yang harus Kulakukan.. :)"

Kibaran sang merah putih pun seperti menari dibenakku.. menunjukkan tanda betapa bahagianya ia kembali menjadi primadona dalam hatiku setelah beberapa waktu kuacuhkan kehadirannya...


*Note ini hanyalah unek-unek saya.. jangan dianggap serius.. Saya sangat menghargai perbedaan..Sikapi perbedaan dengan arif dan bijaksana.. Toh lambang garuda tetap ada di dada dan lambaian sang merah putih tetap berkibar dalam jiwa...  Apapun itu kita tetaplah Sahabat Sesama oranye.. sekian..

NB: Terima kasih untuk orang2 di sekeliling saya yang selalu menjadi inspirasi dan pengingat di kala salah dan khilaf.. Mohon bimbingannya... :)

oleh Viskana Ratputri Iskandar

Terima kasih :D

Thursday, June 23, 2011

Lereng rata nan terjal, Mungkinkah?

20:49 angka yang terdapat dikanan bawah layar 14 inch notebook hitam pemberian mama saat "pasar malam Jakarta tahunan" di Kemayoran tahun lalu.

Saat menulis ini saya tidak memutar lagu dengan keras seperti biasanya karena beberapa hal, Pertama karena mengganggu dan kedua karena suasana lagu yang tenang dan lirih jika didengarkan dengan suara lembut. Ide menulis tulisan ini berasal dari pernyataan kapten arsenal bernomor punggung 4. Ketika ia menjawab tentang kemungkinan Piala dunia untuk negeri tercinta Indonesia ini. Cesc menjawab "Kalian harus realistis".

Bagi anak kurus keriting berumur 16 tahun lebih beberapa hari, itu merupakan "ejekan" halus terhadap negeri ini, Kenapa? Jelas Spanyol berada diposisi 1 di ranking FIFA yang ada disebelah kanan artikel ini. sedangkan negeri nan indah dan subur ini berada tepat 129 tangga dibawahnya. Bahkan rangking FIFA itu sempat membuat saya malas meneruskan tulisan ini.

Ketika anda memiliki keinginan yang sangat besar dan mungkin mustahil dapat dilakukan. apakah keinginan itu dapat anda realisasikan dengan usaha minimal? Tentu tidak! anda hampir tidak mungkin dapat menaklukkan mount Everest anda panjat. mungkin itu sedikit gambaran atas penyataan saya sebelumnya. Berkaitan dengan kata "realistis" yang diucapkan Cesc Fabregas saya artikan adalah sebuah ungkapan untuk menyadari pada kenyataan sesungguhnya. kita lihat diri kita sekarang. Apakah mungkin kita akan masuk Piala Dunia hanya dengan kalimat-kalimat Penyemangat dan optimisme dari setiap orang yang menamakan diri mereka motivator? Tidak mungkin! ataupun dengan usaha yang sangat minimal namun mengharapkan hasil maksimal? NOL.

Lihat sepakbola kita sekarang. seperti ada yang salah. Kenapa? Fans sepakbola saja sudah lebih banyak dari fans bulutangkis yang nota bene lebih berprestasi ketimbang bola sepak kita. Sekarang ini sangat aneh, mengapa? ketika tim yang minim persiapan dipaksa layaknya robot yang diharuskan menuruti kemauan semua orang yang hanya ingin menang, menang dan menang. Hanya iming-iming uang yang menjadi kartu AS untuk membuat mereka semangat dan berusaha menang walaupun kemampuan mereka tidak sampai dan akhirnya? Kalah. karena sekarang Indonesia sangat instan, No pain tapi inginnya berhasil. kan lucu?

Ketika kita ingin mendapatkan nilai 7, kita harus bekerja dan memaksimalkan nilai minimal di angka 8 sehingga target akan nilai 7 bisa tercapai. Mungkinkah anda menginginkan nilai 10 tapi usaha anda hanya 1 atau bahkan 0,5? Kesuksesan dan keberhasilan itu tidak pernah instan dan tidak akan pernah mudah untuk didapatkan. Optimis sangat perlu tapi realistis terhadap kenyataan pun harus ikut berbarengan. Jangan hanya berteriak "Saya bisa!" namun bekerja dan berusahalah seperti orang yang benar-benar bisa. Jadi lereng rata nan terjal itu sangat mungkin kita taklukan BUKAN dengan kata-kata namun dengan usaha.

Terima Kasih

Rafi

Sunday, June 12, 2011

Dirgahayu Captain!

10 June 1980 - 10 June 2011

31 Tahun adalah umur yang mungkin tidak muda lagi bagi seorang pesepakbola. Umur yang sering di identikkan dengan kemunduran ataupun akhir dari karir seorang pesepakbola.

12 tahun mengawal sepakbola kami, dari pahit dan manisnya perjuangan dilapangan. Ditengah lautan pujian ataupun disudutkan oleh kritik-kritik menyembur yang menyakitkan hati, Namun kau tetap tegar. Kau adalah idola, legenda, serta panutan bagi Pemain, Pelatih, bahkan anak-anak yang selalu memakai nomor punggung 20 disaat mereka tidak bermain sepakbola sekalipun.


Selamat Ulang Tahun Captain! teruslah berlari dan melompat, teruslah menyundul bola dengan semangatmu. Buatlah kami akan selalu bangga memiliki kapten yang hebat. One Player, One Spirit, One Legend, Much of Love, Our Captain. BAMBANG PAMUNGKAS!





Friday, June 10, 2011

Underestimating

"yang bener donk! bisa gak sih lo kaya dia?" "Lo bisa apa sih?"

10/06/2011

Ketika saya menulis tulisan ini, hati berkecamuk seperti isi perut yang terus digoyang saat anda naik wahana tornado. Seraya berpikir, apa yang salah dari diri saya? Kesal, bingung, merasa tidak melakukan hal yang salah namun dimata orang lain itu adalah alasan untuk meremehkan anda.

"Kenny G - Always..."


Inilah yang terjadi saat saya menulis tulisan ini. Jengkel, merasa aneh, bete, dan apapun terlihat tidak menyenangkan. Terbersit sedikit pikiran saya untuk bertanya kepada teman-teman saya apa yang mereka rasakan disaat yang sama seperti saya sekarang ini. Inilah sedikit jawaban mereka:



Mohammad Reza Pratama : "ya rasanya pengen buktiin kalo kita bisa bro.."
Rizka Reina Septiani: "Sedih, sakit hati"
Riecka Putri Pratiwi: "sedih" 
Diva Syarifah: "rasanya hati seperti ditusuk dan tercabik2 kesakitan"
Nurmalia Zakiyah: "engga enak"
Bayu Firmansyah: "Gue mah cuek :p bagi gue nambah motivasi juga fi supaya bisa ngalahin tuh orang yg ngeremehin hehe"
Putri Nurfadhillah: "ooh hahaha rasanya yaa kesel tapi lama lama gak peduli hehehe" 


Menghela napas

Bahwa sesungguhnya saat ini, Remehan yang saya terima merupakan tekanan yang membuat saya tidak nyaman. Sungguh! tetapi saya selalu berpikir, setiap permasalahan akan ada solusi konkret dan pemecahan yang baik. Sedikit mengutip tulisan saya tentang Pressure"Biarkan bagian yang tertekan akan menebal sendirinya seiring dengan keyakinan anda melewati semua masalah anda seperti yang anda sering lakukan sebelumnya." Ya! saat ini hati sangat tertekan.


Memang saat kita diremehkan oleh orang lain, ego diri kita muncul. Marah ataupun sedih karena merasa tidak punya arti di mata orang lain. Namun, baiknya hal itu dapat memacu semangat kita untuk membuktikan bahwa kita pun bisa! Bukannya malah membuat kita terpuruk dan semakin buruk.
Begitupun sebaliknya, jangan pernah meremehkan orang lain. Mungkin saja suatu hari ia akan lebih dari kita. Dan saat itulah baru kita sadari kesalahan kita. 
Lihatlah kebenaran yang dibawa sekalipun itu datang dari anak kecil yang mungkin saat ini masih takut ke toilet sehingga meminta anda untuk menemaninya.


"My love - Westlife" 


Sejujurnya remehan,cemoohan,sindiran itu datang karena mereka sungguh menyayangi dan memperhatikan anda. Namun, Bukan pada tempatnya mereka meremehkan anda, karena meremehkan anda merupakan kesalahan terbesar yang pernah mereka buat. Potensi yang ada dalam diri anda sebenarnya lebih dari mereka tahu, ataupun mungkin anda sendiri tidak menyadari semua itu. "orang yang mengolok-olok orang lain belum tentu lebih baik dari orang yang diperolok..."


So? Jangan Pernah Remehin Gue!