Sunday, November 27, 2011

Renungan Secangkir Kopi untuk Sang Merah Putih

"Kakak tega ninggalin mereka berjuang sendiri? Diantara Mereka ada pemain persija yang kita bela mati-matian loh kak! Gue kasian kak, kita memang ada buat persija, tapi kalau indonesia berjaya, kita juga pasti yang paling bangga!!"

itu adalah DM Twitter yang kuterima di pagi buta. Aku memilih mengacuhkannya dan memasukkan handphone yang katanya smartphone itu ke dalam saku dan siap berangkat kerja. Baru saja tiba di kantor hanphone dalam sakuku kembali bergetar, kali ini bbm yang kuterima dari pengirim DM di twitterku tadi.

"Sumpah gue gak tega ngeliat pemain yang selama ini gue bela, pemain yang yang jelas-jelas berjuang untuk tanah air gue , lari-larian, keringetan, berjibaku dengan pemain lawan dan gue cuma duduk di depan TV tanpa melakukan apapun!!!"

Seketika aku merinding... tapi aku segera tersadar dan bergegas memasuki ruanganku. "Ah lebay!!!" makiku dalam hati. tapi entah mengapa rasanya jadi tak sama lagi. Aku gelisah. Ada sesuatu yang berontak dalam diriku. "Ah rese.. anak SMA itu mengusik pagiku!!!" aku melirik handphone putih yang tergeletak di atas mejaku.  tiba-tiba saja HP ku kembali bergetar. Aku pun meraihnya. Sebuah bbm lagi.

"Mana ada seorang yang mengaku dirinya supporter mogok nonton Timnas Negaranya. Kekosongan GBK membuktikan supporter sejati di Indonesia itu memang belum ada kak.. Dan Suporter ibukota hanya segini saja.. ditimpa masalah sedikit langsung berhenti membuktikan bahwa dirinya suporter bukan penonton"

Emosi, aku pun membalas bbm nya.. "Maumu apa sih??"

"kita kenal bukan baru kemarin kak, aku tau siapa kakak dan kakak tau siapa aku.. kita sama-sama pecinta sepakbola tanah air, kita orang yang mengaku cinta sepakbola tanah air, supporter sepakbola Indonesia dan kakak adalah salah satu pengurus organisasi suporter  terbesar di Indonesia, ber homebase di Jakarta dan ada pemain timnas berlaga di depan mata.. Salahkah jika aku menuntut kakak untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang suporter??"

Aku pun menggebrak meja di hadapanku.. bukan marah sungguh aku tidak marah. Tapi apa yang diucapkannnya benar. Dia memang hanya seorang anak berbaju putih abu-abu. yang berteriak kegirangan kala di perbolehkan memegang redflare.. yang sering sedih dan kecewa ketika klub kebanggan kami yang berwarna oranye itu menderita kekalahan. Tapi sekalipun dia tak pernah absen menonton tim kami itu berlaga. Ia pun total kala mendukung timnas negaranya dengan lambang garuda di dada.. Lalu akuuu????

Aku pun bangkit, meraih cangkir dan membuat kopi.. tak jelas isi kepalaku saat ini.. mumet, kesel, sedih..ahh..

Perlahan ku aduk kopi dalam cangkirku, lalu kembali duduk di kursiku yang nyaman.. menghela nafas berat dan kembali merenung.. putaran dalam gelas kopi itu membuatku seperti masuk keputaran masa lalu.. masa dimana aku memutuskan bahwa aku memilih menjadi seorang supporter bukan sekedar penonton. Bahkan aku membiarkan diriku terlibat di dalam kepengurusan suporter itu.. tak peduli bunda tercinta memandang sebal tiap kali aku pulang malam karena mengurusi "bola" begitulah bundaku menyebutnya..

"aahh.." tanpa sadar aku kembali menghela nafas.. kusesapi kopi dalam cangkir putih itu perlahan..

"Maaf kak.. aku hari ini harus mendukung timnasku.. terserah keputusan kakak apa.. gak masalah kok.. kita tetep teman.. kita tetep sahabat sesama oranye,, aku cukup tau siapa kakak dan kakak silahkan menilai bagaimana aku.."  Getaran Hp ku menjadi jelas ketika kubaca isinya.. dan aku kembali menghela nafas untuk yang kesekian kali..

"Jangan dengar siapa yang bicara tapi dengar apa isi pembicaraannya.. itu kalau kamu mau maju dan berkembang!!" Dari ruangan atasanku kudengar suaranya yang menggelegar menegur rekan kerjaku dan aku pun ikut tersentak...

Aku pun sontak menenggak habis kopi dihadapanku.. tak peduli asapnya masih mengepul.. kalimat atasanku tadi bergaung di ruang kepalaku.. "Jangan dengar siapa yang bicara tapi dengar apa isi pembicaraannya.. itu kalau kamu mau maju dan berkembang!!"...   kalimat itu terus menggema dan menggema.. apakah karena dia hanya seorang anak yang usianya dibawahku aku harus menyebutnya tak pantas di dengar???

Dan aku pun segera meraih handphone putih itu didepanku. kuketikkan sebaris kalimat dan kukirimkan pada orang yang sedari pagi mengganggu mood ku di pagi ini...

"Terima kasih atas segala perhatiannya. Terima kasih sudah diingatkan.. Dan aku tau apa yang harus Kulakukan.. :)"

Kibaran sang merah putih pun seperti menari dibenakku.. menunjukkan tanda betapa bahagianya ia kembali menjadi primadona dalam hatiku setelah beberapa waktu kuacuhkan kehadirannya...


*Note ini hanyalah unek-unek saya.. jangan dianggap serius.. Saya sangat menghargai perbedaan..Sikapi perbedaan dengan arif dan bijaksana.. Toh lambang garuda tetap ada di dada dan lambaian sang merah putih tetap berkibar dalam jiwa...  Apapun itu kita tetaplah Sahabat Sesama oranye.. sekian..

NB: Terima kasih untuk orang2 di sekeliling saya yang selalu menjadi inspirasi dan pengingat di kala salah dan khilaf.. Mohon bimbingannya... :)

oleh Viskana Ratputri Iskandar

Terima kasih :D

0 komentar: