Sunday, October 6, 2013

Maafkan kami kawan, Kami Juara

Tulisan ini dipublikasikan JakOnline dengan penulis yang sama.

“Maafkan kami kawan, Kami Juara!!”. Beberapa suku kata tersebut memenuhi timelineku sekejab. Aku tidak ragu, aku memang tahu apa arti beberapa penggal kata yang diteriakan dari sebuah rasa kepuasan dan semangat. Ya, Teman suporter lain merasakan mahkota juara itu sekali lagi. Tim yang konsisten di papan atas itu merengkuh piala itu sekali lagi. Kejayaan yang diangkat dari kerja keras, semangat dan konsistensi itu sendiri.

Seperti apa yang orang dulu selalu bilang, apa yang kita tanam itulah yang kita tuai. Baik yang kita tabur, baik pula yang akan kita panen. Begitu pun sebaliknya. Tim yang tidak juara belum tentu kurang baik, walau harus di pungkiri memang secara situasional menjadi kalah baik dari tim yang juara pastinya. Terlepas dari sejarah dan nama besar, bagiku konsistensi tiap musim akan menjadi salah satu penilaian yang sahih untuk sebuah tim dikatakan “jago” atau tidak.

Tim yang aku bela itu tim yang besar. Tim yang mampu memecut semangat tim lain untuk mengalahkannya tiap kali bersua 2×45 menit. Walaupun tak dipungkiri, lama tim ini tidak berteriak juara, namun aku tetap dan akan selalu bangga padanya. Rasa bangga yang mungkin tidak dimiliki oleh semua orang. Mendukung tim kebanggaan adalah suatu kepuasan, rasa senang tiap kali datang ke stadion menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang. Bahkan mereka rela menunggu berbulan dan bertahun demi sembilan puluh menit di lapangan dengan alas rumput. Namun, tidak dipungkiri ada kata yang sangat munafik bila tidak diinginkan tiap orang yang mendukung sebuah tim, iya Juara. Tiap supporter ingin melihat tim yang dia banggakan juara. Walaupun mendukung itu tanpa pamrih, semua rasanya akan terbayar saat tulisan “Champions” atau yel-yel juara diperdengarkan di kandang sendiri.

Menjadi juara itu memang tidak mudah, namun bukan mustahil untuk diwujudkan. Aku yakin, tim ini akan kembali juara. Tim juara adalah tim yang memposisikan sebagai raja dari kompetisi itu sendiri. Dan untuk menjadikannya raja, akan selalu ada usaha dan kerja keras. Hari esok tidak akan datang indah apabila kita tidak berusaha mewarnainya. Mewarnai sesuai dengan kemampuan dan kapabilitas kita sebagai pendukung serta peran semua elemen agar tim ini kembali mewarnai kotanya. Ya, Warna aku, kamu, kita dan Persija.(@Rafiest/JO)

If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. #Harapan2014 #BangkitPersija

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Tulisan ini di publikasikan oleh @SuaraSupporter dengan penulis yang sama.

“Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, Orang bilang tanah kita tanah surga…”

Petang ini pukul delapan belas lewat dua belas menit sebelum azan maghrib berkumandang di kota ini, saat perangkat radio tua milik ayahku melantunkan lirik yang mungkin tak asing dari pendengaran. Iya, lirik itu janggal. Secarik kertas yang berjudul “Pengantar Ilmu Pertanian” yang lama ku letakkan di tumpukkan itu kuraih dengan rasa penasaran tinggi hingga kusimpulkan “Lirik tadi Ngaco.” Kenapa? Ya, disana tertulis ±70% tanah di Indonesia tidak subur. Apa masalahnya? Tanah Ultisol Indonesia memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 dan Senyawa-senyawa Al monomerik dan Al –hidroksi merupakan sumber utama kemasaman dapat tukar dan kemasaman tertitrasi pada Ultisol. Tapi, dengan semua hal tersebut. Tanaman tetap dapat tumbuh baik di Indonesia, kenapa? Akar-akar tanaman menyesuaikan diri dengan kondisi biotik dan abiotik di Indonesia, khususnya tanah sebagai media tanamnya. Mereka tetap tumbuh baik dengan keadaan Alumunium yang toksik untuk mereka dan secara sukarela menjadi produsen utama dalam trofik rantai makanan, bahkan dengan bonus oksigen yang mereka beri.


Ini bukan artikel tentang Sustainable Agriculture, tapi ini tentang kaitan dengan sepakbola. Kalau kita analogikan Sepakbola sebagai Tanaman dan Atmosfir sepakbola kita dengan Tanah yang tidak subur tadi menjadi suatu korelasi yang agak dipaksakan, mungkin akan terlihat sedikit kaitannya. Ya, iklim sepakbola kita kini mungkin kurang bersahabat, baik bagi pemain, klub dan juga supporternya. Semua ini berimbas kepada timnas yang kendor dibuatnya menurut hemat saya. Tetapi ada filosofi yang diterapkan tanaman yang mungkin menjadi motivasi bagi tiap pemain, apalagi saat berseragam timnas. Mereka tetap tumbuh dengan kondisi iklim buruk sekalipun, berusaha menghasilkan hasil terbaik dan tetap rela menyediakan produk yang dengan asyik dapat kita kunyah.


Kita memang belum mempunyai pengelolaan yang baik dalam sepakbola, kita mungkin tidak memiliki training ground kelas dunia yang mampu meningkatkan endurance pemain. Tapi kita akan selalu punya semangat dan motivasi juara seperti saat biji menembus kerasnya seed coat sampai akhirnya menjadi tanaman yang tak hanya memberi hasil, namun melindungi dari panas dan menyediakan oksigen secara cuma-cuma kepada kita semua. Semangat yang lebih keras dari kapalan anak-anak yang bermain telanjang kaki dengan bola plastik dengan sendal sebagai tiangnya.


Teruntuk mereka yang bermain dengan logo garuda di dada kiri. Saya bukanlah pemain sepakbola. bahkan bermain dengan bola berukuran 4 selama 15 menit menguras fisik saya untuk seminggu. Sangat muluk apabila saya meminta kalian mampu menahan imbang chekoslovakia ataupun mengalahkan uruguay sekali lagi. Saya hanya berharap, di kaki kalianlah sepakbola Indonesia akan mulai meninggalkan keterpurukannya. Saya tidak berharap kalian bisa memenangkan tiap laga yang menguras fisik dan juga emosi kalian. Walaupun munafik saya dan jutaan orang apabila tidak menginginkan kemenangan dan gelar juara tentunya, hehehe…


Teruntuk mereka pemakai seragam kebanggaan dengan kelir hijau kecil di lengannya. Berjuanglah dengan sepenuh hati dan semangat, lupakan segala hal yang mungkin mengendurkan keinginan untuk memenangkan tiap laga. Karena tanah ultisol adalah tanah yang sesungguhnya sangat potensial apabila dikelola secara benar, dan tanah itu hanya berjarak setebal alas kaki kita saat berdiri. Dan kita tidak kalah potensial, kita akan mampu mengejutkan dunia dengan sepakbola kita. Layaknya kita mampu mengejutkan dunia dengan mampu swasembada beras setelah menjadi salahsatu negara importir padi terbesar di dunia. Ya, dari tanah ultisol itu kita belajar, dan dari tanah ultisol itu kita merakit mimpi. Sampaikan salam bangga anak-anak yang bermain bola sebelum maghrib itu ke dunia, karena kami yakin kalian akan selalu bisa. Karena kebanggaan kami pada kalian adalah salah satu dari ribuan alasan kami untuk terus mencintai negeri ini.


Selesai.


http://suarasupporter.com/tongkat-kayu-dan-batu-jadi-tanaman/

Saturday, September 7, 2013

Apa?

Pecah, berbuih tanpa sisa.
Berjalan dengan sepatu putih di jalan penuh lumpur.
Ah,
Menjilat dunia dengan nikmatnya.
Memandang feses sendiri tak mau.
Berjalan mengejar ufuk barat dengan kelir oranye.
Menenangkan.

Berjam semakna detik.
Seruput kopi dengan tembakau disinya,
Siapa dia?
Kenapa bercat putih saat otak berjalan.
Kakinya meninggalkan jauh.
Layar sentuh bak terlekat nyaman di jemarinya,


Bau busuk menyengat,
Mobil ber-Pengkondisian Udara menusuk.
Lega,
seperti dinding yang baru saja dibuat.

Mereka Lagi.

Sincerely Yours.

Sunday, April 28, 2013

Sayangku.. (Persija)



"Tulisan ini disadur dari situs Jakonline atas nama penulis yang sama"

JakOnline-Sayangku, hari ini aku tertunduk. Kesedihan memenuhi sisi dalam wajahku. Aku seperti ditampar, tamparan yang hampir membuatku meledakkan seisi emosi didalam hati.


Sayangku, aku takut. Aku sedih. Aku tak rela melihatmu menjadi cercaan dan hinaan dari lawanmu, bahkan pemuja setiamu sendiri. Sayangku, aku takut.


Aku takut selama ini impian dan harapanku hanya fatamorgana di siang hari. Aku tak rela, keindahan itu sirna oleh batasan yang ada. Aku sedih melihat kamu, yang terpaksa mencampurkan peluh dengan air mata. Aku tak rela.


Aku memang anak baru, aku pun tak ingat siapa nama dipunggungmu ketika terakhir kali kita berteriak juara. Aku juga bukan orang yang selalu hadir ketika kau berlaga yang memanaskan fisik dan mentalmu. Aku minta maaf..


Aku tau, masalah akan berakhir seiring berjalannya mentari ke titik merah diufuk barat. Dan aku yakin, semua masalah itu akan tenggelam dan berganti dengan bintang yang menyinari keredupan malam kita. Iya, kamu dan aku.


Memang, kukumu kini tak tajam. Taringmu tak mencabik. Aumanmu tertutup cemoohan. Tapi yakinlah, kuku tajammu akan kembali, taring itu akan tumbuh lagi. Dan aumanmu, akan menyilaukan seisi hati. Aku percaya kamu, ayo bangkit. Persijaku. (@Rafiest/JO)


“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow”. #BangkitPersija

Thursday, April 11, 2013

Untitled

20:35 WIB, Padang

Aku baru. Iya, saat ini duniaku tak sama seperti dulu. Duniaku berubah sejauh langkahku meninggalkan zona nyamanku. Aku kini terkurung. Terkurung dibilik yang hampa, hampa semangat dan hampa akan harapan. Dari dalam bilik itu kini kucanangkan asa, sejauh langit yang tak berbatas. Namun dalam sedalam lubang kegagalan.

Aku bingung, aku hampir tak sadar aku dimana. Mencela kepada tanah, mereka terlalu suci. Menyalahkan angin, mereka tak bersalah. Aku dimana?

Tuhan, di balik bilik ini aku kadang lupakan keberadaanMu. Aku tak acuhkan dirimu atas nikmat yang kau beri tanpa pamrih. Aku terlalu hina atas penghargaanMu, dan terlalu lemah akan amarahMu. Ampuni diri ini,  Tuhan...


Sincerely

Rafi :)