Sunday, April 28, 2013

Sayangku.. (Persija)



"Tulisan ini disadur dari situs Jakonline atas nama penulis yang sama"

JakOnline-Sayangku, hari ini aku tertunduk. Kesedihan memenuhi sisi dalam wajahku. Aku seperti ditampar, tamparan yang hampir membuatku meledakkan seisi emosi didalam hati.


Sayangku, aku takut. Aku sedih. Aku tak rela melihatmu menjadi cercaan dan hinaan dari lawanmu, bahkan pemuja setiamu sendiri. Sayangku, aku takut.


Aku takut selama ini impian dan harapanku hanya fatamorgana di siang hari. Aku tak rela, keindahan itu sirna oleh batasan yang ada. Aku sedih melihat kamu, yang terpaksa mencampurkan peluh dengan air mata. Aku tak rela.


Aku memang anak baru, aku pun tak ingat siapa nama dipunggungmu ketika terakhir kali kita berteriak juara. Aku juga bukan orang yang selalu hadir ketika kau berlaga yang memanaskan fisik dan mentalmu. Aku minta maaf..


Aku tau, masalah akan berakhir seiring berjalannya mentari ke titik merah diufuk barat. Dan aku yakin, semua masalah itu akan tenggelam dan berganti dengan bintang yang menyinari keredupan malam kita. Iya, kamu dan aku.


Memang, kukumu kini tak tajam. Taringmu tak mencabik. Aumanmu tertutup cemoohan. Tapi yakinlah, kuku tajammu akan kembali, taring itu akan tumbuh lagi. Dan aumanmu, akan menyilaukan seisi hati. Aku percaya kamu, ayo bangkit. Persijaku. (@Rafiest/JO)


“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow”. #BangkitPersija

Thursday, April 11, 2013

Untitled

20:35 WIB, Padang

Aku baru. Iya, saat ini duniaku tak sama seperti dulu. Duniaku berubah sejauh langkahku meninggalkan zona nyamanku. Aku kini terkurung. Terkurung dibilik yang hampa, hampa semangat dan hampa akan harapan. Dari dalam bilik itu kini kucanangkan asa, sejauh langit yang tak berbatas. Namun dalam sedalam lubang kegagalan.

Aku bingung, aku hampir tak sadar aku dimana. Mencela kepada tanah, mereka terlalu suci. Menyalahkan angin, mereka tak bersalah. Aku dimana?

Tuhan, di balik bilik ini aku kadang lupakan keberadaanMu. Aku tak acuhkan dirimu atas nikmat yang kau beri tanpa pamrih. Aku terlalu hina atas penghargaanMu, dan terlalu lemah akan amarahMu. Ampuni diri ini,  Tuhan...


Sincerely

Rafi :)